…. jejakku, cintaku ….

Jalan yang Kupilih

Bertahun yang lalu, aku begitu membenci sosok seperti mereka. Sosok yang eksklusif, sok baik, sok alim, sok benar sendiri, sok tahu, sok masuk surga dan sok sok lainnya. Aku membenci kain panjang yang dikenakan di atas kepalanya, dan aku tak pernah ingin memakainya. Aku membenci jubah lebar yang dikenakannya, dan aku tak akan pernah ingin mengenakannya. Aku juga antipati dengan bualan ceramahnya, yang saat itu menurutku sangat memerahkan telinga. Dan sekali lagi, aku tak pernah ingin menjadi bagian dari mereka. Membosankan. Memuakkan. Menyebalkan. Tak sekalipun menyenangkan.

Dan ada saja bisikan halus dari kiri kananku. Bahwa aku, ”jangan menjadi bagian dari mereka”, ”mereka sesat”, ”mereka aneh”, ”mereka keras” dan sematan aneh-aneh yang lain. Tapi, apa sebenarnya yang membuat mereka, ”sesat?”, dan ”aneh?”. Apakah gaun yang dikenakannya? Apakah buletin yang disebarkannya? Apakah ucapan yang disampaikannya? Dan apakah aktivitas yang diperjuangkannya? Mengapa aku semakin ingin tahu? Bukankah aku mahasiswa? Bukankah aku intelektual? Bukankah aku bisa membedakan mana yang sesat dan mana yang tidak?

Akal! Ya, aku masih memiliki akal. Aku masih bisa berpikir. Aku masih bisa mencari tahu. Aku masih bisa melihat dengan mata dan fikirku, dengan hati dan rasaku, bukan semata nafsu dan emosiku, bukan semata tuduhan palsu dan bukan semata bisikan semu.

Akal! Membuatku berpikir apa yang terjadi di sekitarku, dan mereka telah jauh memikirkannya. Membuatku berpikir ada yang tidak beres dengan taraf berfikirku selama ini, dan mereka telah jauh menyadarinya. Membuatku berpikir ada banyak hal yang perlu dirubah, dan mereka sudah jauh melihatnya. Membuatku berpikir perjuangan ini tak bisa sendirian, dan mereka sudah lama melakukannya.

Iman! Membuatku semakin mengerti kedudukanku sebagai hamba. Membuatku semakin menyadari aku punya saudara. Membuatku semakin memahami hidup harus berarti. Membuatku semakin dan semakin mengetahui, jalan dakwah ini harus dipilih.

Islam! Membuatku bangkit dengan semangat, harapan, dan cita-cita akan kemuliaan dan keagungan. Akan kehidupan yang memanusiakan. Akan kejayaan sebuah peradaban. Akan kegemilangan sebuah kemenangan. Yang kesemuanya, menjadikan kehidupan bernilai di hadapanNya, tak sekedar kemajuan, tak sekedar kesejahteraan dan tak sekedar kemuliaan.

Dan inilah jalan yang kupilih. Jalan yang sedari awal kutahu penuh onak dan duri, panjang dan berliku, terjal dan curam. Dan semakin hari aku semakin merasakannya….gelombangnya dan kecuramannya. Tapi itu belum seberapa. Masih banyak kawan sepejuangan yang lebih terjal medannya, tapi lihatlah, tak ada satupun yang mengeluhkannya. Sekalipun terluka, sekalipun terjatuh, sekalipun terantuk dan sekalipun tergores.

Sahabat……

Jangan bosan dengan perjalanan dakwah ini, jalan yang telah biasa kita tempuhi selama ini. Jalan ini yang telah mendekatkan kita antara satu sama lain, jalan ini telah memberitahu kita siapa sebenarnya kawan dan siapa sebenarnya yang perlu dijadikan pengajaran. Sebuah perjalanan dakwah tidak akan sunyi dari pancaroba dan pahit getir ujian. Jangan engkau mundur dari derai yang menguji jiwa ini, karena ia tidak menjanjikan pangkat dan kehormatan untuk engkau berbangga, tidak pula memberikan sedikitpun gaji untuk engkau terima, dan tidak pula menjamin bahwa perjalanan ini mudah dan menyebabkan hati engkau akan menjadi tenang selalu.

Sahabat, jalan ini adalah jalan kita, bukankah engkau dahulu menyatakan dengan perasaan dan hati berkobar-kobar ingin meninggikan Islam di mata manusia?

Bukankah engkau dahulu pernah berikrar bersama-sama untuk sanggup mati sebagai syuhada’ di jalan mulia ini?

Karena tidak semua manusia dapat dinilai kualitas dirinya, sekiranya tidak mengalami ujian di dalam medan dakwah ini. Benarkah kita ini hanya pandai berkata-kata mulut manis santun bicara, tetapi setelah datang panggilan jihad ini maka engkau mengundurkan diri dengan memberikan seribu satu alasan yang anak kecil pun boleh mereka-reka cerita dengannya.

Sahabat, coba engkau perhatikan dalam-dalam kata-kataku ini, coba buka laut fikirmu, benarkah perkataan bahwa engkau mengaku dirimu bersaudara dengan setiap Muslim dan Mukmin?

Sedangkan dirimu masih mencintai diri sendiri melebihi saudara-saudara kita?

Engkau sanggup tidur terlena di kasur empuk sedangkan ada saudara-saudara kita menjerit hati batinnya untuk belajar tentang Islam, tetapi tiada orang yang ingin menyambut tangan-tangan yang memerlukan ini.

Di sana ada musuh yang tidak tega melihat Islam tegak..

Di sana ada orang yang berpura-pura seperti api dalam sekam ingin melihat Islam itu hancur, dan mereka tertawa apabila orang Islam telah menanggalkan pakaian Islam di hati dan zahiriyyah mereka.

Dan ketika itu di dalam hatimu telah terjadi peperangan antara iman dan nafsumu yang menggelegak, sekiranya nafsu mengaburkan mata, maka di dalam perjalanan dakwah ini engkau telah terbunuh dan untuk kesekian kalinya ada saja jiwa lain yang seaqidah dengan kita turut bersama terkorbankan, karena orang yang ditunggu untuk menyelamatkan mereka telah melarikan diri dari medan dakwah hanya karena nafsu itu lebih berarti dari iman baginya…

Bagaimana diri ini sahabat, kita tidak lebih dari hamba Allah yang berjalan untuk singgah sebentar melepaskan lelah, dan dalam kelelahan itu ada saja tawaran yang menarik mata hati untuk tinggal lebih lama di situ padahal kita tahu perjalanan perlu diteruskan, dan tempat persinggahan itu tidak lama lagi akan hancur lebur.

Tidak perlulah aku mengulang lagi akan kisah kesedihan, kesakitan, keperitan dan kepenatan di jalan ini. Karena hanya mereka yang faham saja akan tersenyum riang dan tabah serta berazam untuk terus berada di jalan ini.

Biarlah usaha kita ini dipandang kecil…
orang memandang rendah…
tetapi Tuhan melihat kita dengan pandangan rahmat…
jiwa-jiwa kita dipayungi dengan iman dan Islam…
Ditakdirkan kita mati sebelum dapat mencapai cita-cita murni…
mudah-mudahan kita tidak sendirian …
karena diri kita telah menyatu di dalam menolong agamaNya ini…
Sesungguhnya tiada yang lebih tinggi dari Islam, karena Islam itu adalah yang tertinggi…

Semoga Allah bersama-sama dengan kita… Amin.

**Catatan untuk para pejuang penegak Syariah dan Khilafah, semoga kita bisa terus istiqomah di JalanNya,

Karena kesuksesan dakwah ini hanya akan teraih jika dan hanya jika

Tersusun oleh orang-orang yang cerdas

Dirawat oleh orang-orang yang ikhlas

Diperjuangkan oleh orang-orang yang berani

Dan dikuatkan oleh orang-orang yang istiqomah

Dan semoga kita menjadi bagian yang mensukseskannya. Amin

Tinggalkan komentar